Jumat, 13 September 2013

Waktu itu....



Selasa, 10 September 2013. Selepas menyantap hidangan makan malam di sebuah tempat dimana kami biasa makan, mamah mengajak aku dan adik-adik ku untuk berkeliling sebentar di pasar malam. Tak sampai satu jam, kami memutuskan untuk kembali ke mobil karena ingin segera pulang. Belum jauh dari tempat kami barusan, tiba-tiba saja papah mengatakan “nganggo kudung tapi tanganne dicekel-cekel bae lanang” yang artinya “pakai kerudung tapi tangannya dipegang-pegang saja oleh lelaki”. Sontak saja aku kaget dengan kata-kata papah barusan dan sambil mencari-cari sumber yang menjadi bahan obrolan. Karena sudah malam, penerangan dijalan pun kurang, akhirnya aku tidak melihat dimana sejoli yang sedang berpacaran.  Sepanjang jalan terus saja aku pikirkan, ternyata memang benar tak ada orang tua yang mau melihat anaknya menjadi objek kenikmatan bagi lelaki yang tak jelas tentukan pernikahan. Lebih dari itu, memang sangat tak pantas jika seorang wanita muslim berkhalwat dengan lelaki yang bukan muhrimnya. Apalagi sampai melakukan kontak fisik yang tak jarang berakhir pada penyesalan.
Bukankah sudah Al-Qur’an katakan “JANGAN DEKATI ZINA”?? Untuk mendekatinya saja dilarang, apalagi melakukan?? Astagfirullahaladzim :-( coba kalian buka surah Al-Isra ayat 32 untuk membuktikan apa yang aku sampaikan. Begitupun dengan  cerita Ustadz Yusuf Mansur yang pernah aku dengar, yakni  “kalau tangan anaknya dipegang atau memegang tangan yang bukan muhrimnya, maka Malaikat Zabaniyah mengambil dan membawa kerikil panas dari neraka lalu kemudian dilemparkan tepat kepada tangan kedua orang tuanya di alam kubur, hingga seluruh tubuh mereka terbakar sampai ke ubun-ubunnya, sementara orang tuanya  tidak tahu menahu kenapa Allah menurunkan siksaan tersebut kepadanya” Wallahualam.  Apakah kita setega itu membiarkan kedua orang tua kita menanggung siksaan atas dosa-dosa yang telah kita lakukan semasa di dunia? Rasanya benar-benar tak tahu diuntung jika kita membandingkan perjuangan papah kita yang rela pulang malam bahkan tak jarang meninggalkan rumah berbulan-bulan hanya untuk membelikan anaknya pakaian dan barang-barang yang ia inginkan. Apakah kita setega itu??? Jika mengingat perjuangan mamah yang sudah mengandung kita selama 9 bulan lamanya, membawa kita kemanapun ia pergi, bahkan tak jarang mamah merasakan sakit teramat dalam ketika ia mulai kelelahan, apakah pernah mamah meminta uang untuk menggantikan semua perjuangan yang telah ia lakukan demi membesarkan dan merawat putra putrinya hingga tubuh besar? Sampai hatikah kita membiarkannya terjadi kepada kedua orang tua kita? Sedang orang tua kita tak pernah mengajarkan anaknya untuk melakukan perzinahan tanpa ikatan yang halal? Dan kelak, jika Allah mengijinkan, kita pun akan bergantian menjadi orang tua yang akan bertanggung jawab atas perbuatan yang anaknya lakukan. Mau kah kita jika anak yang kita sayang, kita jaga tubuhnya bahkan dari gigitan seekor nyamuk sekalipun kita keberatan, ketika sudah besar mereka membiarkan tangan-tangan jahil menyentuh tubuhnya hanya demi menumpahkan kepuasaan nafsu belakang??? Ikhwan wa akhwat yang aku sayang, demi dosa yang pernah kita lakukan, demi kasih sayang yang orang tua kita berikan, dan demi segala nikmat yang telah Allah berikan, masihkah kita akan melakukan perbuatan yang jelas-jelas merugikan banyak orang?? Sebelum datang penyesalan, marilah kita memohon ampunan kepada Sang Maha Pengampun, Allah Azza Wa Jalla. Jangan pernah berputus asa dari ampunanNya. Percalah Allah Maha Pengasih, Maha Pengampun.
“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS. Yusuf:87);
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap dijalan yang benar” (QS. Taha:82);
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama (nyawa) belum sampai di kerongkongan” (HR Tirmidzi);
“Sesungguhnya Allah menyukai seseorang hamba mukmin yang terjerumus dosa, tapi bertaubat” (HR Ahmad);
Semoga apa yang aku sampaikan bermanfaat untuk ikhwan wa akhwat sekalian. Bukan maksud diri meng-gurui rekan-rekan, tapi apa salahnya saling mengingatkan. Mohon maaf apabila ada perkataan yang kurang berkenan, sungguh pun tak ada unsur kesengajaan, dan kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Wassalam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar