Minggu, 15 September 2013

Jika ini malam terakhirku..



Pernah kah kau bayangkan bagaimana jika ini adalah malam terakhirmu menikmati setiap helaan nafas yang kau hembuskan dengan riang? Pernah kah memikirkan kelak dalam keadaan bagaimana kita akan dipanggil Tuhan? Kematian memang tanpa diundang. Siapa sangka 5 menit yang lalu berpapasan dengan teman dijalan, detik ini kamu dapat kabar mengharukan. Ya, memang semuanya bukanlah sekedar kebetulan. Tentu ada maksud lain yang ingin Tuhan sampaikan kepada kita yang telah lalai. Tak ada kata penolakan, disaat nyawamu telah sampai pada kerongkongan. Disaat datang penyesalan, disaat itu pulalah kebenaran Allah tak terbantahkan. Semua kembali pada-Nya.

Jumat, 13 September 2013

Jomblo Mulia or Nikah Mulia



Miris memang jika melihat keadaan anak muda jaman sekarang, ini sudah benar-benar gazhwul fikri*. Saat pacaran sudah dibudidayakan, seks bebas mudah ditemukan, hingga akhirnya banyak korban berjatuhan, terutama kaum hawa. Kebodohan terbesar yang pernah aku lakukan adalah pacaran. Setelah belasan tahun baru aku mengetahui apa yang sebenarnya ada dipikiran lelaki saat dia hendak mengajak wanita yang disukainya untuk berkencan. Mungkin tak semua lelaki memiliki pikiran dan niat yang buruk terhadap pasangannya, tapi apalah yang bisa diperbuat jika syetan telah hadir diantara kedua insan yang sedang berduaan, apalagi didukung dengan suasana yang jauh dari keramaian. Naudzubillah. Sebaik-baiknya pacaran, menurut aku ga ada yang bisa dibilang baik, sekalipun mereka berjauhan, tak saling jumpa, dan hanya berbicara melalu telepon genggam. Karena syetan tak akan pernah berputus asa sebelum mangsanya terjerumus dalam perbuatan dosa yang akan membuatnya merasa senang karena telah berhasil mengajak anak cucu Adam menuruti apa yang syetan inginkan, yakni berbuat dosa, jauh dari perintah Allah. Sebagai seorang wanita yang sedang dalam masa peralihan menuju kedewasaan, aku mencoba untuk terus mengingatkan, mengingatkan, dan mengingatkan, khususnya untuk adik-adik ku tersayang, jangan sampai kehilangan kehormatan hanya karena rayuan murahan. Juga kepada teman-temanku sekalian, rasanya sudah bukan main-main lagi jika memang sudah merasa nyaman, kenapa tidak menikah saja? Apalagi yang kalian inginkan, setelah rela pertahankan hubungan yang sudah bukan bulanan, bahkan tahunan, tunggu apalagi? Sudah yakinkan dengan pasangan kalian sekarang? Pria sejati pasti kan datang untuk melamar, bukan maju mundur, tarik ulur, putus nyambung, hubungan yang sudah lama ia pertahankan. Apakah hanya karena ingin dibilang hebat karena telah bertahan atau memecahkan rekor menjalin hubungan terlama dalam hal ‘pacaran’?? Dear, percuma aja pacaran lama-lama kalau toh akhirnya dia bukanlah jodoh yang Tuhan takdirkan untuk hidup bersamamu. Sudah mati-matian perjuangkan hubungan, korbankan perasaan dan pikiran, eh ujung-ujungnya kamu yang ditinggalkan. Ngenes ga tuh??? Yasudah makannya buruan ambil keputusan yang matang, STOP PACARAN, SEGERAKAN PERNIKAHAN, jika merasa diri belum berkecukupan, PUASALAH KAMU!! Karena dengan berpuasa kamu akan dapat mengendalikan hawa nafsu kamu yang sudah berlebihan.
Yang masih sekolah, ya sekolah dululah yang benar, buat kedua orang tuamu bangga akan prestasi yang mampu kau torehkan. Jangan sia-siakan kesempatan yang telah Allah berikan. Lihat dear diluar sana masih banyak orang-orang yang susah makan, apalagi berkesempatan untuk mengenyam pendidikan. Ingatlah jerih payah orang tua kita, banting tulang melakoni pekerjaan, demi melihat kalian sekolah dengan fasilitas yang memuaskan. Bahkan tak jarang sampai meminjam uang karena tak ingin melihat anaknya merasa kelaparan. Kalau kata kakek aku “Sekolah yang benar, kelak jika kamu sukses, kamu sendiri yang akan senang”. Senang disini dalam artian luas ya dear, senang bisa membuat orang tua kita ikut senang, bisa membuat orang lain menjadi senang, seperti halnya memberikan bantuan atas apa yang mereka perlukan. Kan sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Yang lagi kuliah, yang benar ya kuliahnya. Yuk sama-sama perbaiki diri diusia yang sudah bukan anak-anak lagi. Malu lah masa MahaSiswa masih memberikan c ontoh yang tidak benar, kasihan adik-adik siswanya, jangan ajarkan mereka kesalahan yang dulu sempat kita lakukan, khususnya ‘pacaran’ ya. Mau dibawa kemana generasi penerus bangsa jika muda mudinya sibuk sendiri dengan urusan “cari incaran, pedekatean, modus-modusan, kode-kodean, jadian, pacaran, eh akhirnya ‘ku hamil duluan sudah tiga bulan’, kan ga LUCU”. Ya emang bukan lagi ngelawak juga sih ^^V. Kata Pak Polisi yang pernah nilang aku aku gegara lupa pake helm juga “MahaSiswa itu diatas Siswa, masa berkendara bermotor ga pakai helm?” -_- yang perlu diperhatikan itu yang aku garis bawahi ya dear, kalimat selanjutnya? Penting juga sih XD. Yuk mareee jadi mahasiswa yang sesuai dengan statusnya. Ini juga nih mesti diinget, ga semua orang beruntung dapat kesempatan kuliah lho, kita yang jelas-jelas udah tinggal benernya aja malah menyelahgunakan kesempatan emas ini. Biaya kuliah tu lumayan, lumayan bikin orang tua kita putar pikiran, atur siasat keuangan, agar putra putri kebanggaannya kelak menjadi orang terpandang yang bisa merubah keadaan perekonomian keluarga juga lingkungan disekitarnya, ya setidaknya dapat menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang-orang yang Cuma lulusan sekolah dasar, kan kasihan kebanyakan mereka rela pergi tinggalkan kampung halaman, akhirnya anak-anak mereka terabaikan. Eh apasih udah jauh banget bahasannya, hihi maaf-maaf dear ^/\^ Nah sekarang buat teman-teman sekalian yang sudah memiliki pekerjaan. Apalagi yang kalian harapkan jika memang sudah mempunyai pilihan? Masih kepingin ganti-ganti pasangan gitu?? Apa?? Engga? Terus apa? Belum mapan? Nunggu punya rumah idaman? Mobil impian? Ya kelamaan lah dear, makin banyak pula momen-momen yang bisa syetan manfaatkan terutama saat kamu sedang galau. InSyaa Allah, dengan menikah rezeki makin lancar selancar jalan tol kali yak :D coba tanyakan ke mereka-mereka yang sudah punya ikatan halal, bagaimana kehidupannya setelah menikah, pasti jawabannya sangat-sangat menyenangkan. Selain bebas melaukan apa saja dengan seseorang yang sangat dia inginkan, hidup pun menjadi lebih berwarna karena setiap hari makan tak sendirian, dan yang paling penting solat dirumah pun bisa jamaahan.
Intinya, tak ada kebahagian yang diawali dengan keburukan, tak ada kebaikan yang disertai murka Tuhan. Tak ada hal menyenangkan bagi seorang wanita selain kepastian hari pernikahan. Pilahannya cuma dua, JOMBLO MULIA atau NIKAH MULIA. Silahkan direnungkan, mohon maaf atas kekurangan yang disampaikan. Wassalam..
*gazhwul fikri yaitu penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat islam guna merubah apa yang ada didalamnya sehingga tidak ada lagi bisa mengeluarkan darinya hal-hal yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal yang tidak islami

Waktu itu....



Selasa, 10 September 2013. Selepas menyantap hidangan makan malam di sebuah tempat dimana kami biasa makan, mamah mengajak aku dan adik-adik ku untuk berkeliling sebentar di pasar malam. Tak sampai satu jam, kami memutuskan untuk kembali ke mobil karena ingin segera pulang. Belum jauh dari tempat kami barusan, tiba-tiba saja papah mengatakan “nganggo kudung tapi tanganne dicekel-cekel bae lanang” yang artinya “pakai kerudung tapi tangannya dipegang-pegang saja oleh lelaki”. Sontak saja aku kaget dengan kata-kata papah barusan dan sambil mencari-cari sumber yang menjadi bahan obrolan. Karena sudah malam, penerangan dijalan pun kurang, akhirnya aku tidak melihat dimana sejoli yang sedang berpacaran.  Sepanjang jalan terus saja aku pikirkan, ternyata memang benar tak ada orang tua yang mau melihat anaknya menjadi objek kenikmatan bagi lelaki yang tak jelas tentukan pernikahan. Lebih dari itu, memang sangat tak pantas jika seorang wanita muslim berkhalwat dengan lelaki yang bukan muhrimnya. Apalagi sampai melakukan kontak fisik yang tak jarang berakhir pada penyesalan.
Bukankah sudah Al-Qur’an katakan “JANGAN DEKATI ZINA”?? Untuk mendekatinya saja dilarang, apalagi melakukan?? Astagfirullahaladzim :-( coba kalian buka surah Al-Isra ayat 32 untuk membuktikan apa yang aku sampaikan. Begitupun dengan  cerita Ustadz Yusuf Mansur yang pernah aku dengar, yakni  “kalau tangan anaknya dipegang atau memegang tangan yang bukan muhrimnya, maka Malaikat Zabaniyah mengambil dan membawa kerikil panas dari neraka lalu kemudian dilemparkan tepat kepada tangan kedua orang tuanya di alam kubur, hingga seluruh tubuh mereka terbakar sampai ke ubun-ubunnya, sementara orang tuanya  tidak tahu menahu kenapa Allah menurunkan siksaan tersebut kepadanya” Wallahualam.  Apakah kita setega itu membiarkan kedua orang tua kita menanggung siksaan atas dosa-dosa yang telah kita lakukan semasa di dunia? Rasanya benar-benar tak tahu diuntung jika kita membandingkan perjuangan papah kita yang rela pulang malam bahkan tak jarang meninggalkan rumah berbulan-bulan hanya untuk membelikan anaknya pakaian dan barang-barang yang ia inginkan. Apakah kita setega itu??? Jika mengingat perjuangan mamah yang sudah mengandung kita selama 9 bulan lamanya, membawa kita kemanapun ia pergi, bahkan tak jarang mamah merasakan sakit teramat dalam ketika ia mulai kelelahan, apakah pernah mamah meminta uang untuk menggantikan semua perjuangan yang telah ia lakukan demi membesarkan dan merawat putra putrinya hingga tubuh besar? Sampai hatikah kita membiarkannya terjadi kepada kedua orang tua kita? Sedang orang tua kita tak pernah mengajarkan anaknya untuk melakukan perzinahan tanpa ikatan yang halal? Dan kelak, jika Allah mengijinkan, kita pun akan bergantian menjadi orang tua yang akan bertanggung jawab atas perbuatan yang anaknya lakukan. Mau kah kita jika anak yang kita sayang, kita jaga tubuhnya bahkan dari gigitan seekor nyamuk sekalipun kita keberatan, ketika sudah besar mereka membiarkan tangan-tangan jahil menyentuh tubuhnya hanya demi menumpahkan kepuasaan nafsu belakang??? Ikhwan wa akhwat yang aku sayang, demi dosa yang pernah kita lakukan, demi kasih sayang yang orang tua kita berikan, dan demi segala nikmat yang telah Allah berikan, masihkah kita akan melakukan perbuatan yang jelas-jelas merugikan banyak orang?? Sebelum datang penyesalan, marilah kita memohon ampunan kepada Sang Maha Pengampun, Allah Azza Wa Jalla. Jangan pernah berputus asa dari ampunanNya. Percalah Allah Maha Pengasih, Maha Pengampun.
“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS. Yusuf:87);
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap dijalan yang benar” (QS. Taha:82);
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama (nyawa) belum sampai di kerongkongan” (HR Tirmidzi);
“Sesungguhnya Allah menyukai seseorang hamba mukmin yang terjerumus dosa, tapi bertaubat” (HR Ahmad);
Semoga apa yang aku sampaikan bermanfaat untuk ikhwan wa akhwat sekalian. Bukan maksud diri meng-gurui rekan-rekan, tapi apa salahnya saling mengingatkan. Mohon maaf apabila ada perkataan yang kurang berkenan, sungguh pun tak ada unsur kesengajaan, dan kesempurnaan hanyalah milik Allah semata. Wassalam..

Jumat, 06 September 2013

Apanya yang Salah??



Sempat merasa diri yakin dengan perubahan yang dilakukan, tiba-tiba kini datang bermunculan pertanyaan apakah benar keputusan yang aku lakukan?? Rabbi, apa yang salah dengan khimarku ini?? Dengan berbekal tekad yang kuat, memutuskan diri untuk memantaskan berhijab ditempat yang jauh dari orang rumah, aku yakin ini semua akan berjalan dengan mudah. Berawal dari pertanyaan, “itu kerudungnya pake dua ya?”, berlanjut dengan candaan yang mendalam, “ciye sekarang mah kaos kakian”, “kerudungnya double pake kaos kaki lagi, udah kaya anak U*N”. Sampai akhirnya ada pertanyaan, “apa sih yang membuat kamu pake kerudung lebar?”
Begini ya ceritanya. Jujur awal-awal masuk kuliah aku pakenya jeans, kemeja, sama kerudung paris yang ujung-ujung depanya di slempangin dibahu kiri kanan, ditambah rambut yang selalu di cepol biar keliatan bagus. Ya gitulah, dipikirannya keren-keren gimana gitu, simple tapi tetap ketutupan. Tapi karena merasa diri berbadan lebih dibanding dengan teman-teman yang lain, bisa-bisanya aku berpikiran “Ya Allah, aku pengen kurus atuh, biar kalo pake jeans ga ngetat-ngetat gimana gitu, biar ga keliatan seksi” -_- konyol banget kan pemikirannya. Mulai merasa diri tak nyaman dengan pergaulan dikosan, akhirnya memasuki semerter dua aku minta temen buat nyari-nyari pesantren dekat-dekat kampus. Mulai dari yang aturannya ga boleh bawa hp, laptop, ini itu dan sebagainya. Singkat cerita akhirnya aku pindah ke pesantren yang paling dekat dengan kampus. Namanya Al-Ihya. Hari pertama tinggal disana asing banget, apalagi ga boleh pake celana, dan harus pakai rok. Sedangkan kalo kekampus, aku kan biasanya pakai jeans. Tuh kan, ribet. Sekilas begitulah yang aku rasakan. Waktu itu hari minggu kalo aku ga salah, hari itu hari pertama aku pergi ke pasar sendirian buat cari gamis. Keliling-keliling sendirian, berasa jadi orang ilang, tengok kiri kanan sembari nyari gamis yang sreg buat dipakai. Yap, akhirnya sebuah gamis berwarna kuning busuk dengan harga yang sangat terjangkau bisa bikin aku berenti berjalan. Hari pertama pakai gamis ke kampus. Waw, sangat belum biasa. Walaupun temen-temen kelas ga begitu ngeuh dengan apa yang aku pakai. Soalnya abis libur panjang dan belum begitu akrab antara satu sama lain. Gatau kehasut iblis dari mana, lama-lama ga betah juga tinggal di pesantren, dengan alasan “ah, aku anak penmat (pendidikan matematika) sendirian, sedangkan yang lain anak-anak STAI, MAN, SMK Islam, berasa ga ada temen buat sharing pelajaran dikampus” akhirnya setelah sebulan menetap disana, aku pindah. Inget banget, sore-sore, hampir mau maghrib, waktu itu berasa melarikan diri dari keadaan, soalnya pimpinan pesantren lagi ada acara diluar. Aku, buru-buru jalan menuju tempat kosan yang bakalan jadi tempat tinggal ku sekarang. Memang sih ga enak banget rasanya, apa lagi sama Bu Ustadzah, rasanya dilema tingkat nasional. Tapi, ya sudahlah semua sudah menjadi keputusan. Selepas dari pesantren, tiap kali pergi kemana-mana, kerena udah biasa pake gamis & rok, akhirnya ke kampus pun lepas dari stelan jeans tapi masih pake kerudung yang style nya ala-ala anak sekolahan. Lagi-lagi pikirnya simple.
Tibalah waktu semester tiga datang. Karena kejadian tak mengenakan terjadi di akhir semester 2. Banyaklah pokoknya mah yang ga enaknya T_T. Mulai dari situ fix bangetlah ga pernah lagi pake kerudung yang ujung depannya di slempangin kiri kanan plus rambut yang dicepol nyampe ngebentuk punuk unta-untaan. Mikirnya Cuma sebatas ga nutupin dada. Udah gitu aja. Mulai aktif baca-baca info tentang cara berpakaian yang baik dan benar. Mulai sering pula dipertemukan dengan wanita-wanita yang memanjangkan khimar plus kaos kakian. Tapi waktu itu Cuma sebatas bilang “KEREN banget, pengen deh kaya teteh itu”. Entah mungkin belum terketuk, entah bagaimana. Masih aja bilang “nantilah, belum siap, kapan ya??”. Itu dan itu aja yang ada di benaknya kalo ketemu sama hal yang begituan. Waktu itu, hobinya beli gamis sana sini, dari yang online sampai yang dijual dipasaran, dari yang model gaul sampe model keibu-ibuan, dari yang bahan spandek sampe entah apa nama bahannya (soal bukan tukang bahan juga) -_- semuanya di beli, pokoknya hampir beli tiap bulan. Tanpa sadar, akhirnya numpuk banyak yang ga terpakai. Mubadzir bukan??? Ya begitulah keadaannya. Semester tiga berakhir, bergantilah semster empat pun datang. Masih tetap sama, belum ada perubahan, tapi justru malah hampir salah jalan. Sempat memulai bisnis dengan niat yang benar, “kayaknya bagus nis kalo jualan gamis, rok, baju lengan panjang, ya hitung-hitung ngajak yang lain untuk berhijab juga kan”. Ehhh, keseringan belanja-belanja pakaian, akhirnya malah bikin intensitas ibadah berkurang. Seringnya sih ngejamak sholat maghrib ke isya :(. Rasanya bener-bener ga tenang. Ditambah pikiran yang mulai terkontaminasi dengan pasmina-pasmina ala hijab modis-modisan. Untungnya waktu itu udah kenal sama akun-akun twitter yang bisa nguatin untuk tetap menjadi sederhana dalam berpakaian. Tapi.... saking bingungnya mau pergi ke undangan, akhirnya aku terjebak oleh dilema hijab gaul ga kampungan, padahal mah ga ngaruh banget kan ><”. Sampai tiba hari kemenangan umat islam datang, ga tau kenapa, masih aja pakai pasmina yang pake gaya-gayaan. Degg, dari situ munculah rasa takut yang amat sangat besar. Gimana nanti kalo hari ini aku meninggal, sedangkan hijab yang aku kenakan masih jauh dari apa yang diperintahkan didalam Al-Qur’an. Hari pertama, nyobain pakai khimar panjang, Rabani, yang ternyata masih transparan. Karena hobi atau mungkin kebiasaan yang susah ilang bahkan sampai sekarang. Foto-foto pun jadi saksi percobaan ku pakai khimar panjang. Dengan perasaan tak ada maksud tuk pamerkan perubahan. Ga tau kenapa, tanpa terasa fotonya aku upload di jejaring sosial. Dan akhirnya timbul pernyataan-pernyataan “Subhanallah cantiknya”, “Makin cantik aja”, “bla bla bla”. Dan ahhhhh, rasanya bukan perasaan senang yang datang, malah justru kecemasan yang terus melanda. “Tabarruj” satu kata yang bikin sadar, apakah selama ini aku sudah membuat kesalahan fatal hingga membuat ikhwan-ikhwan menyampaikan berbagai macam penilaiaan. Beneran, ga enak pisan. Sempat baca sebuah tulisan tentang : ketika seorang ikhwan  memuji foto akhwat dengan kata-kata “Subhanallah”, ternyata katanya “saat itulah seorang lelaki sedang menikmati kecantikanmu”. Duarrrrrrrr........ langsung inget sama foto-foto yang ada di jejaring sosial. Buru-buru deh langsung hapus semua foto yang sudah tertampakan :(
Agustus 2013, dengan niat Lillahita’ala. Bismillah, memulai semuanya dari awal, menyiapkan diri menjadi kaum minoritas ditengah lingkungan yang begitu bebas mengedepankan pergaulan. Waktu itu aku cuma pake kerudung paris yang didouble terus dilebarkan, aku beranikan untuk memakainya keluar rumah. Pertama kalinya, dan rasanya... biasa aja, malah tambah tenang ga takut bagian dada kelihatan. Memangsih belum mau pake kaos kaki, pikirnya ah, cuma jarang kemana-mana ini, palingan juga kerumah bibi, jemput dede sekolah, selebihnya ya dirumah aja. Tapi lama-lama ga enakan juga, mau syar’i ko setengah-setengah??? “HIJAB TANPA TAPI, TAAT TANPA NANTI” gitulah slogan buku yang pernah aku baca. Jangan pakai TAPI dan jangan pakai NANTI. Akhirnya karena dirumah ga ada kaos kaki yang bisa dipake, beli deh, terus dipake, terus ditanyain sama bibi “geuning kamu pake kaos kaki?” bingung mau jawab apa, jadi Cuma bilang “ini baru beli terus tadi nyobain belum dilepas” -_- ah konyol lagi kan jawabannya. Dengan pertimbangan yang cukup matang dan mantap, walaupun masih liburan semester empat, dengan dalih mau registrasi perkuliahan, yaudah deh aku berangkat ke kosan. Padahal niat sebenernya bukan itu. Tapi mau belajar berhijab syar’i nya dikosan, biar ga tergoda sama rayuan adik-adik dirumah yang malah bikin pertengkaran. Jumat  terakhir dibulan agustus, tibalah aku dikosan, dengan kerudung lebar plus udah kaos kakian. Belum mengundang pertanyaan orang kosan sih, soalnya emang masih sepi dan cuma ada aku doang yang engga lagi PPLan. Sabtu siang, tiba-tiba ada temen yang ngajak makan diluar. Ya mau ga mau mesti ganti pakean, dari yang tadinya Cuma pake baju tidur doang, sekarang mesti pake gamis plus kerudung lebar ga lupa kaos kakian. Terus kata temenya bilang gini, “Muslimah sejati” ^_^ (semoga di istiqomahkan, aamiin). Eh ga tau apanya yang salah, waktu diangkot diliatin sama anak-anak SMA, tapi yasudahlah, cause everythings gonna be OK. Cuek-cuek aja. Tibalah hari H, hari selasa, registrasi ke kampus, ketemu sama banyak orang. Dan aaahh, “kenapa semua orang memandangiku dengan wajah begitu keheranan??” memangnya apa yang salah dengan cara berpakaianku, mungkin mereka belum terbiasa lihat aku pake khimar yang panjang, ya, ya, bisa jadi bisa jadi XD. Emang aku aneh banget ya??? Engga kan? -_-a. Sampe ditanya, “biasanya yang pake kerudung gitu suka ikut organisasi-organisasi, kamu ikutan ya?” | “ya ampun, enggalah, kapan sih aku suka ikut organisasi-organisasi kaya gitu? Tenang aja sih aku juga bukan teroris ko -_- beneran deh, sumfah ^^V”. Jadi plis lah jang ngiranya aku udah berubah jadi orang-orang yang ekstrimis gitu, aku Cuma orang biasa aja ko, masih SHILLVIA RAMADHAN yang dulu, tapi mungkin dari segi berpakaiannya akan banyak berubah. Sempat berpikir “Apa yang salah dengan khimarku??” sempat takut juga niatnya salah, terus akhirnya ga istiqomah dengan apa yang udah dilakukan sekarang. Semoga aja, ENGGA tergoda. Asal niatnya Karena ALLAH, dan ingin perbaiki diri sebagai seorang wanita muslimah yang pernah mengabaikan kewajibannya untuk menggunakan hijab yang sesuai dengan syariat. Jangan pernah takut untuk menjadi orang asing diantara orang-orang pada umunya. Walaupun semua orang menilaiku aneh, tak apa, asal ALLAH ridha dengan niatku untuk menjadi lebih baik lagi dari apa yang aku lakukan selama 19th yang lalu. Dan semoga kedua orang tuaku tidak heran dengan perubahan yang dilakukan putri sulungnya ini ^_^
Niat ini semata-mata hanya karena ALLAH Ta’ala, hanya ingin kehormatan dan kesucian diri lebih terjaga, dan hanya ingin membuat orang tuaku tidak mendapatkan dosa dari semua aurat yang seharusnya aku jaga.
Ya Rabb, Engkau Yang Maha Tahu dari apa-apa yang aku tidak tahu, lindungilah aku dari kebodohan yang aku perbuat sendiri. Engkau Yang Maha Membolak-balikan hati, lindungilah hatiku dari niat buruk yang dapat membawaku menuju kepada kesesatan.
Ya Rabb, tiada daya dan upaya yang dapat aku lakukan tanpa bantuanMu. Apalah arti diri ini jika tak ada Engkau yang selalu menjaganya dari godaan bisikan setan yang biasa bersembunyi.
Lindungilah kami Ya Rabb, lindungilah kedua orang tua kami, terutama dari perbuatan-perbuatan dosa yang akan membani kedua orang tami kelak di hari akhir. Sayangilah kedua orang tua kami, sebagaimana mereka menjaga, merawat dan membesarkan kami hingga pada usia yang sangat lama ini. Ampunilah dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dosa guru-guru kami, dan dosa seluruh kaum muslimin dan muslimat. Aamiin....

Rabu, 04 September 2013

Sumpah, Demi Allah, Aku Cuma Ingin Taat!!

            Belum genap seminggu niatku untuk mengenakan hijab syar’i terlaksana, tapi sudah banyak pertanyaan keheranan atas apa yang aku kenakan. Ya, tak apa, inilah perjuangan. Padahal apa yang aku pakai dan ku kenakan menurutku masih sangat-sangat wajar. Sebagai seorang wanita, hukumnya wajib menutupi semua aurat yang ada. Berawal dari ku panjangkan kerudung ini, memang belum tebal seperti seharusnya, tapi aku tetap berusaha membuatnya menutupi seluruh bagian kepala bahkan sampai melewati dada. Ya, saat ini dengan berbekal kerudung paris yang lumayan banyak, ku gunakan ia untuk menjadi khimar yang syar’i, ku panjangkan, meski masih terlihat menerawang walaupun sudah 2 paris yang ku gunakan menjadi satu khimar. Semuanya masih proses, selagi menunggu pesanan khimar syar’i yang ku pesan datang, setidaknya aku berusaha mengsyar’i kan khimarku dari sekarang. Selanjutnya kaos kaki. Amat sangat tak terbiasa ku gunakan kaos kaki kemanapun aku pergi selain pergi ke sekolah. Rasanya ribet kalo Cuma pake sandal mesti pakai kaos kaki, tapi lagi-lagi aku tak bisa mengelak, ini adalah bagian dari aurat. Ya, inilah yang seharusnya sudah kulakukan dari dulu, setelah ribuan bahkan jutaan pasang mata yang mungkin telah melihat kaki ini, baik sengaja ataupun tidak. Menyesal, kenapa tak dari dulu ku lakukan. Tapi, apalah arti kata penyesalan jika tak ada aksi untuk perubahan.

            Dulu, yang aku tau menutup aurat hanyalah sebatas memakai kerudung, dan memakai baju, rok, celana, yang panjang. Asal tertutup. Ya, Cuma asal tertutup. Bukannya melindungi aurat yang semestinya harus ku lindungi. Bertahun-tahun aku lakukan. Rasanya teramat sangat bodoh dan malu, kenapa tak pahami betul ayat-ayat ini dari awal :
“Katakanlah kepada wanita yang beriman : ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan lelaki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur : 31)
”Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin : ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab : 59)
“....Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu....” (Al-Ahzab : 33)
Sungguh pun bukan karena paksaan atau bahkan maksud apapun aku ingin merubah hidupku, tapi Sumpah, Karena Allah, Tuhan Yang Maha Esa, aku hanya ingin Taat dan Patuh pada setiap perintah-Nya.
            Mungkin terlalu lama aku menyadarinya, tapi selagi Allah masih beri kesempatan ku untuk bernafas, kenapa tidak aku akhiri semua kegelapan yang sudah lama menemani perjalananku selama ini. Toh nantinya kita sekalian pun akan kembali pada-Nya. Dan tiap-tiap detik yang kita gunakan semuanya akan dihisab satu-persatu tanpa terkecuali. Termasuk golongan manakah kita? Kanan kah? Atau mungkin condong kepada golongan kiri? Pahala? Atau mungkin DOSA kah yang kita kumpulkan sampai saat ini? Sungguh, kematian itu sangat dekat, bahkan lebih cepat dari kedipan mata kita. Entah malamkah, pagikah, atau siangkah kita akan bernafas untuk yang terakhir kalinya. Entah dalam keadaan bagaimana, kapan, diamana, bahakan dengan siapa. Kematian itu pasti datang.
            Saudariku tersayang, tercantik, dan terindah. Cukupkanlah sampai disini, jangan takut untuk menutup auratmu, jangan pernah takut kehilangan kecantikanmu karena menutup aurat. Sungguh, aku rasakan, justru dengan menutup auratlah kecantikan yang kita miliki akan lebih terpelihara, karena tak sembarangan mata dapat menikmatinya. Cantik adalah anugerah Sang Maha Kuasa atas diri kita duhai kaum hawa, buatlah anugerahmu itu menjadi sangat Mahal dengan menjaga kesuciannya, dengan tak pamerkan apa yang tak sepatutnya kita pamerkan. Allah Maha Melihat, ingat, tak ada satupun hal yang bisa kita tutupi dari-Nya. Belajarlah dari hal-hal kecil jika dirasa berat untuk memulainya. Mulailah kenakan pakean-pakean yang tak tampakan kemolekan tubuh kita, tanggalkan baju-baju seksimu, celana jeansmu, terutama pakean-pakean bayi yang serba mini yang sering kamu gunakan, kan kasihan dede bayinya banyak saingan ^^V. Menutup auratlah bukanlah sekedar menutup, tapi melindungi, bahkan mungkin menjaga auratmu dear. Jagalah diri kita dari mata-mata nakal yang sering berimajinasi *****, jagalah diri kita dari tangan-tangan nakal yang hendak mencolek bagian tubuh kita (rese memang), dan jagalah diri kita dari Murka Allah SWT.
            Tapi kan yang berkerudung juga masih banyak yang  ga bener??? | Ga bener gimana maksudnya? | Ya gitulah, kaya masih pacaran, ngomongin orang, bahkan ada yang suka mencuri | Inget ya dear, bukan kerudungnya yang salah, tapi sifatnya saja yang mesti lebih diperbaiki ^_^ setiap perbuatan punya ganjarannya masing-masing, kalo dia masih pacaran? Ya berarti dia dapat dosa dari pacarannya itu, tapi dengan auratnya Wallahualam. Begitupun dengan keburukan-keburukan lain yang dia lakukan. Asal kita ingat, Allah Maha Tahu apa-apa yang kita tidak mengetahuinya. Sekedar memberi saran, khususnya buat perempuan-perempuan yang aku sayang. Jangan sampai menyesal disaat nafas tak lagi bersama, karena itu dirasa akan sangat sia-sia. Menutup aurat hukumnya WAJIB. Bukan karena ingin terlihat baik oleh orang lain, bukan merasa diri so’ agamis, tapi satu alasannya, HANYA INGIN TAAT. Biarlah orang lain menilai apa, karena penilaian mereka tak akan menyelamatkanmu dari api neraka. Biar tambah semangat ngejalaninnya, ada satu ayat yang akan beri banyak makna untuk kita tetap berada pada ketetapan-Nya :
“Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir diantara mereka.” (Al-Insan : 24)
Mari Berjuang Bersama, Selamatkan Diri Kita dari Siksa Api Neraka, dan InSyaa Allah masuk Surga pun Bersama-sama. Aamiin..