“Karena
kita akan tau apa yang pernah kita lakukan itu salah ketika kita melihat orang
lain melakukan kesalahan yang pernah kita lakukan”
Setidaknya dua baris kalimat itu yang kini
ada dibenak saya. Ya, memang benar apa kata pepatah, penyesalan selalu saja
datang diakhir. Kalo kata bahasa belandanya sih “kaduhung aya ditungtung”.
Begitu apik cara setan mentup mata dan telinga kita. Disaat kita mulai terhasut
oleh rayuan-rayuannya yang membuat kita mabuk kepayang, melupakan sang pemilik
hati. Kenapa itu selalu terjadi? Karena kita sendiri yang jelas-jelas menutup
mata dan hati dari nasihat-nasihat baik yang kita dapat sewaktu kita lakukan
sebuah kesalahan. Bahkan kadang kita tau apa yang kita lakukan itu salah, tapi
kita anggap itu biasa saja. Dimana nurani kita?
Teman, mungkin kalian juga pernah menyesali
suatu perbuatan yang seharusnya tidak kalian lakukan. Seperti saya. Dulu,
ketika saya mengenal pacaran, saya ingat betul guru bahasa arab di SMP saya
selalu menasehati kami untuk tidak mendekati zina. Tapi, saya justru tak
menghiraukan nasihat beliau dan saya lebih memilih untuk menuruti kemauan
setan. Mendekati maksiat. Dulu, saya pikir biasa saja. Tak ada yang mesti
dibesar-besarkan. Toh kita pacaran hanya sebatas “ngobrol”. Dan ternyata, tanpa
saya sadari, amat sangat tidak pantas seorang perempuan berkerudung pergi
bersama lelaki yang bukan muhrimnya. Coba saja anda pikirkan apa yang ada
dibenak anda ketika melihat seorang perempuan berkerudung pergi bersama-sama
lelaki yang bukan muhrimnya, walau itu hanya sebatas ngobrol, setidaknya anda
pun akan berpikiran apa yang saya pikirkan. Tapi ingat, ini bukan salah
agamanya, tapi salah orangnya. Karena jelas-jelas didalam islam mengatakan “no
khalwat until akad” bukan justru “ber-khalwat before akad”. Sekarang, saya suka
nyesek kalo liat teman-teman saya, baik yang ada di dunia nyata maupun teman
yang hanya saya kenal sebtas dunia maya saja a.k.a sosial media dengan
bangganya memamerkan kemesraan mereka di depan publik. Mereka tidak sama sekali
memikirkan bagaimana perasaan seorang ibu ketika melihat anak gadisnya dengan
senang hati berfoto mesra tanpa ikatan yang halal dan tanpa sepengetahuannya
mereka pamerkan kemesraan tersebut di muka umum. (Ya begitulah jadinya, kalo
anak gadis ibu dibiarkan pergi dengan lelaki yang berkedok pacar). Apalagi yang
paling sakit itu kalo perempuannya sudah berkerudung, ingin nangis rasanya, itu
kerudung seharusnya dapat menjaga kita untuk melakukan hal-hal yang dilarang
oleh Allah SWT. Dan ternyata benar kata hadits “Alhaya’u minal iman”
Malu itu sebagian dari iman. Tentunya kita
sering sekali mendengar kalimat itu. Tapi, apakah kita sudah paham betul apa
maknanya? Alhamdulillah saya dapat sedikit pencerahan setelah saya membaca
Al-Qur’an satu juz perhari. Hati saya rasanya seperti habis di upgrade.
Sekarang apa kaitan malu dengan iman? Masih melanjutkan topik pembicaraan
diatas mengenai penyesalan saya tentang pacaran, saya jadi sadar kalo dulu iman
saya berbanding lurus dengan rasa malu yang dulu saya miliki T_T atau istilahnya
itu “tak tahu malu”. Ia benar, sewaktu pacaran mana kenal sama malu, hal yang
dianggap tabu pun sudah menjadi biasa-biasa aja, dan bodohnya saya pernah
mengalami itu. Tak apalah, masa lalu telah berlalu, biarkan itu menjadi cambuk
untuk diri saya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama karena kita bukan
keledai, right? Rasa malu yang saya miliki saat ini meningkat 3600
dibanding dulu. Dan karena rasa malu itu saya lebih berhati-hati lagi dalam beraktivitas,
karena saya tidak ingin iman yang sudah saya pupuk selama ini, hingga harus
melewati pasang surut cobaan dan rintangan yang menghadang, harus kembali rusak
karena rasa malu yang diabaikan. Malu lah sudah diberi banyak nikmat masih saja
tidak beriman. Apapun, dimanapun, kapanpun, dengan siapapun Allah selalu
melihat kita. Mau kita sembunyi didalam kardus pun Allah pasti tau. Lakukan lah
perbuatan yang positif, budayakan kembali rasa malu, kuatkan lah iman dan islma
kita, niscaya kita akan selamat dari penyeselasan. Ya setidaknya dengan engga
pacaran :D
Rupanya hanya itu saja yang dapat saya
jelaskan mengenai penyesalan. Semoga teman-teman tidak menyesal membaca tulisan
saya yang selalu memprovokatori kalian untuk tidak pacaran. Ini bukan nasihat
yang saya buat-buat, tapi ini adalah perintah dariNya. Mungkin sekarang kalian
menganggap saya ini ‘so agamis’ dan apalah namanya terserah kalian, tapi saya
lakukan ini karena saya peduli sama kalian, jadi please, cepet putus ya sama
pacarnya ^^V dan buat kalian yang wanita, dijaga ya hijabnya, jangan sampai ada
fitnah karena wanita berhijab yang gemar pacaran. Ingat fungsi hijab, menjaga
keindahan kita girls, karena sebaik-baik perhiasan dunia ialah “wanita solehah”
buatlah bidadari-bidadari di surga sana iri dengan ketaatan kita terhadap
perintah Allah. Mohon maaf bila terlalu menggurui, karena inSya Allah dua bulan
lagi saya akan menjadi Guru PPL, doakan ya biar lancar PPLK nya hehe (^_^)